Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies

Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies - Hallo sahabat Islam NUsantara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BUDAYA, Artikel KEISLAMAN, Artikel KHASANAH, Artikel POLITIK, Artikel SANTRI, Artikel SOSIAL, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies
link : Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies

Baca juga


Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies


DUNIA HAWA - Ijinkan saya mengulanginya sekali lagi. Hati-hati dengan harga dirimu, Bang Anies. Karena seperti ucapan kala dahulu, sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya. Sekali-kali anda menggadaikan harga diri anda untuk sebuah tujuan yang tercela, seumur hidup menebusnya pun terasa percuma.

Mengapa saya sebutkan tercela? Karena sungguh, saya merasa upaya seorang Anies untuk mendapatkan kursi gubernur DKI Jakarta ini sudah terlalu berlebihan. Dimana dia akan mengucapkan apa saja, dan melakukan apa saja untuk mendapatkannya.

Mengucapkan berbagai data yang entah diambil dari mana. Melempar batu dan bukan lagi sembunyi tangan, melainkan menuduh orang yang dia lempari sebagai si pelempar batu. Memainkan isu SARA dengan secara langsung menyatakan jangan memilih Ahok karena dia bukan Muslim, sambil menunjuk bahwa kubu Ahok lah yang memainkan isu SARA, dengan bermain sebagai korban.

Sungguh, sulit bagi saya untuk berusaha tetap berpikir jernih mengikuti pola pikir dan tindak-tanduk seorang Anies Baswedan. Arena debat dia jadikan ajang adu ilmu mulut, yang dia rasakan dia sangat mendalaminya. Tetapi ketika pada akhirnya Ahok memukulnya dengan pukulan 350 trilyun telaknya, Anies dengan mudah mengatakan bahwa yang ia perjuangkan adalah kepentingan bersama penduduk Jakarta, dan Ahok tak perlu menyerang pribadinya.

Konyol! Karena berjurus-jurus Anies menyerang pribadi Ahok secara dekonstruktif dan sangat negatif, namun ia dengan mudahnya berupaya menangkis pukulan mematikan 350 trilyun dengan menyebut Ahok menyerangnya secara pribadi, yang entah darimana Anies mendapatkan kesimpulan atau pemikiran seperti itu.

Karena yang saya lihat, yang Ahok serang adalah program-program Anies. Kalau ada yang bisa saya lihat sebagai yang Anies anggap adalah serangan kepada pribadi, adalah ketika Ahok menyebutnya menteri. Sebuah hal yang diucapkan Ahok sebagai sekedar fakta.

Namun saya rasa Anies memang orang yang pendendam. Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Sederhana saja, adakah seorang Anies memuji Jokowi barang setitikpun semenjak (meminjam istilah yang dia ucapkan sendiri) ia dicukupkan?

Ditambah lagi, Anies begitu hapal dengan segala ucapan Ahok yang menimbulkan celah untuk ia serang, dan ia menyerangnya habis-habisan. Padahal jika pembaca seword ingat, Anies baru saja mengatakan bahwa lebih baik memikirkan bagaimana memajukan Jakarta dibandingkan menyerang secara pribadi.

Alangkah lucunya jika Anies kemudian secara menggebu-gebu menyerang Ahok secara pribadi, dan lengkap dengan jurus SARA, yang tambah lucu lagi karena SARA tersebut ia tuduhkan bahwa kubu Ahok lah yang berusaha memainkan isu SARA dengan bermain sebagai korban.

Anies bahkan menambahkan lagi tingkat kelucuan hal ini dengan mengatakan Ahok tak perlu emosi, padahal ia sendiri begitu bernafsu dan menggebu-gebu memvonis Ahok sebagai penyulut api yang harus dipadamkan, bila ingin negara ini kembali aman sentosa.

Maka tidaklah berlebihan sebagaimana saya katakan di awal, bahwa usaha Anies untuk mendapatkan kursi gubernur Jakarta ini dilakukan dengan cara yang sungguh berlebihan.

Suatu cara yang saya rasakan hanya akan dilakukan oleh orang yang memiliki kepentingan yang terselubung. Seperti ketika melihat gebetan kita mendadak sakit lalu minta ijin pulang sekolah, yang lalu kita berupaya sebisa mungkin supaya kita bisa mengantarkan doi pulang. Bila perlu mencolokkan jari ke mata, supaya merah, dan lalu bisa menjadi alasan untuk ijin pulang juga.

Bedanya yang barusan adalah motif cinta. Sedangkan Anies? Saya tidak mampu, juga tidak mau memahami pola pikirnya. Tidak mampu, karena saya tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa pada satu saat mencela Jokowi, lalu mendukung Jokowi, untuk kemudian membelot kepada pihak yang tadinya dia sebut sebagai orang yang bermasalah.

Maka ijinkanlah saya mengucapkannya sekali lagi. Hati-hati dengan harga dirimu.. ah sudahlah. Saya tak yakin blio masih memilikinya. Maka dari itu, ijinkan saya untuk menggubahnya kalau begitu.

Hati-hati dengan harga nafsumu, Bang Anies. Salam waras selalu.

@yosputra


Loading...

DUNIA HAWA - Ijinkan saya mengulanginya sekali lagi. Hati-hati dengan harga dirimu, Bang Anies. Karena seperti ucapan kala dahulu, sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tak percaya. Sekali-kali anda menggadaikan harga diri anda untuk sebuah tujuan yang tercela, seumur hidup menebusnya pun terasa percuma.

Mengapa saya sebutkan tercela? Karena sungguh, saya merasa upaya seorang Anies untuk mendapatkan kursi gubernur DKI Jakarta ini sudah terlalu berlebihan. Dimana dia akan mengucapkan apa saja, dan melakukan apa saja untuk mendapatkannya.

Mengucapkan berbagai data yang entah diambil dari mana. Melempar batu dan bukan lagi sembunyi tangan, melainkan menuduh orang yang dia lempari sebagai si pelempar batu. Memainkan isu SARA dengan secara langsung menyatakan jangan memilih Ahok karena dia bukan Muslim, sambil menunjuk bahwa kubu Ahok lah yang memainkan isu SARA, dengan bermain sebagai korban.

Sungguh, sulit bagi saya untuk berusaha tetap berpikir jernih mengikuti pola pikir dan tindak-tanduk seorang Anies Baswedan. Arena debat dia jadikan ajang adu ilmu mulut, yang dia rasakan dia sangat mendalaminya. Tetapi ketika pada akhirnya Ahok memukulnya dengan pukulan 350 trilyun telaknya, Anies dengan mudah mengatakan bahwa yang ia perjuangkan adalah kepentingan bersama penduduk Jakarta, dan Ahok tak perlu menyerang pribadinya.

Konyol! Karena berjurus-jurus Anies menyerang pribadi Ahok secara dekonstruktif dan sangat negatif, namun ia dengan mudahnya berupaya menangkis pukulan mematikan 350 trilyun dengan menyebut Ahok menyerangnya secara pribadi, yang entah darimana Anies mendapatkan kesimpulan atau pemikiran seperti itu.

Karena yang saya lihat, yang Ahok serang adalah program-program Anies. Kalau ada yang bisa saya lihat sebagai yang Anies anggap adalah serangan kepada pribadi, adalah ketika Ahok menyebutnya menteri. Sebuah hal yang diucapkan Ahok sebagai sekedar fakta.

Namun saya rasa Anies memang orang
Loading...
yang pendendam. Mengapa saya bisa mengatakan demikian? Sederhana saja, adakah seorang Anies memuji Jokowi barang setitikpun semenjak (meminjam istilah yang dia ucapkan sendiri) ia dicukupkan?

Ditambah lagi, Anies begitu hapal dengan segala ucapan Ahok yang menimbulkan celah untuk ia serang, dan ia menyerangnya habis-habisan. Padahal jika pembaca seword ingat, Anies baru saja mengatakan bahwa lebih baik memikirkan bagaimana memajukan Jakarta dibandingkan menyerang secara pribadi.

Alangkah lucunya jika Anies kemudian secara menggebu-gebu menyerang Ahok secara pribadi, dan lengkap dengan jurus SARA, yang tambah lucu lagi karena SARA tersebut ia tuduhkan bahwa kubu Ahok lah yang berusaha memainkan isu SARA dengan bermain sebagai korban.

Anies bahkan menambahkan lagi tingkat kelucuan hal ini dengan mengatakan Ahok tak perlu emosi, padahal ia sendiri begitu bernafsu dan menggebu-gebu memvonis Ahok sebagai penyulut api yang harus dipadamkan, bila ingin negara ini kembali aman sentosa.

Maka tidaklah berlebihan sebagaimana saya katakan di awal, bahwa usaha Anies untuk mendapatkan kursi gubernur Jakarta ini dilakukan dengan cara yang sungguh berlebihan.

Suatu cara yang saya rasakan hanya akan dilakukan oleh orang yang memiliki kepentingan yang terselubung. Seperti ketika melihat gebetan kita mendadak sakit lalu minta ijin pulang sekolah, yang lalu kita berupaya sebisa mungkin supaya kita bisa mengantarkan doi pulang. Bila perlu mencolokkan jari ke mata, supaya merah, dan lalu bisa menjadi alasan untuk ijin pulang juga.

Bedanya yang barusan adalah motif cinta. Sedangkan Anies? Saya tidak mampu, juga tidak mau memahami pola pikirnya. Tidak mampu, karena saya tidak bisa memahami bagaimana seseorang bisa pada satu saat mencela Jokowi, lalu mendukung Jokowi, untuk kemudian membelot kepada pihak yang tadinya dia sebut sebagai orang yang bermasalah.

Maka ijinkanlah saya mengucapkannya sekali lagi. Hati-hati dengan harga dirimu.. ah sudahlah. Saya tak yakin blio masih memilikinya. Maka dari itu, ijinkan saya untuk menggubahnya kalau begitu.

Hati-hati dengan harga nafsumu, Bang Anies. Salam waras selalu.

@yosputra




Demikianlah Artikel Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies

Sekianlah artikel Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies dengan alamat link https://islammushola.blogspot.com/2017/03/hati-hati-dengan-harga-dirimu-bang-anies.html

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Hati-Hati Dengan Harga Dirimu, Bang Anies"

Posting Komentar