Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini

Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini - Hallo sahabat Islam NUsantara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BUDAYA, Artikel KEISLAMAN, Artikel KHASANAH, Artikel POLITIK, Artikel SANTRI, Artikel SOSIAL, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini
link : Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini

Baca juga


Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini

Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi (tribunnews)

Beritaislamterbaru.org - Penolakan Sidang Paripurna Istimewa (SPI) DPRD DKI Jakarta menyambut Gubernur dan ‎Wakil Gubernur DKI‎ Anies Baswedan-Sandiaga Uno oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi ‎terus menuai sorotan tajam.

Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu menilai, sikap penolakan tersebut merupakan bentuk pressure atau alat bergaining politik terhadap Anies-Sandi.

Hal itu, dalam pandangan Tom, erat kaitannya dengan sikap keras Anies-Sandi yang sejak awal berkomitmen menolak megaproyek reklamasi Teluk Jakarta.

"Kita tahu, partai penguasa PDIP adalah pengusung utama proyek itu. Jadi, tidak mungkin hanya tatib (tata tertib) yang menjadi alasan Om Pras (Prasetio) menolak paripurna, itu salah. Sebab lebih tinggi undang undang dari pada tatib," ujar Tom saat berbincang dengan wartawan, di Jakarta, Rabu (25/10/2017) malam.

Terlebih lagi, sambung Tom, sudah ada contoh yurisprudensi yang dilakukan Pras, yaitu pada pengesahan APBD Perubahan 2014.

"Saat itu, belum ada tatib dan alat kelengkapan dewan (AKD). Hanya pimpinan dewan, Gubernur, Sekda dan Bappeda yang menyetujuinya. Hanya delapan orang saja. Dan itu (Perda APBD) tidak melalui pembahasan dewan secara menyeluruh. Ucapan tegak lurus dengan aturan tidak berbanding lurus dengan yang terjadi pada pengesahan APBD Perubahan 2014," beber dia.

Ketika itu, ungkap Tom, ada indikasi korupsi yang sangat besar dan gila-gilaan. Di antaranya adalah pengadaan UPS dan pembelian lahan RS Sumber Waras, yang belakangan terbukti bermasalah.

"Bagaimana pertanggungjawaban Om Pras dengan semua itu? Karena ini jelas sangat merugikan masyarakat Jakarta. Sedangkan Sidang Paripurna Istimewa untuk Anies-Sandi justru menguntungkan masyarakat Jakarta," tutur dia penasaran.

Ia berpendapat, soal tegak lurus yang dimaksud sekretaris DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta ‎itu adalah 'Teuku Umar', tempat kediaman Ketum PDIP. Bukan ke tata tertib.

"Sebab kalau tegak lurus ke tatib atau undang undang, secara otomatis harus dilaksanakan Sidang Paripurna Istimewa DPRD DKI Jakarta, sebagaimana Surat edaran Tjahjo Kumolo, yang tak lain adalah senior Om Pras di PDIP," imbuh Tom.

Karena itu, Tom menambahkan, yang sebenarnya terjadi dalam persoalan ini adalah telah terjadi keributan antara Presiden Jokowi dengan PDIP. Terlihat dari surat edaran yang dikeluarkan oleh Mendagri Tjahjo Kumolo sebagai pembantu Jokowi sekaligus kader PDIP.

"Lihat saja, sampai kini, PDI-P sebagai partai pengusung Jokowi, belum mendukungnya kembali. Padahal partai lain sudah lebih dulu mendukung pencalonan Jokowi di Pilpres 2019. Saya harap Om Pras tak merusak iklim politik di Jakarta dengan berlindung di belakang tata tertib," pesan Tom. (TS)

[http://ift.tt/2mXzrhY]
Loading...
Loading...
Ketua DPRD DKI Prasetyo Edi Marsudi (tribunnews)

Beritaislamterbaru.org - Penolakan Sidang Paripurna Istimewa (SPI) DPRD DKI Jakarta menyambut Gubernur dan ‎Wakil Gubernur DKI‎ Anies Baswedan-Sandiaga Uno oleh Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi ‎terus menuai sorotan tajam.

Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3I), Tom Pasaribu menilai, sikap penolakan tersebut merupakan bentuk pressure atau alat bergaining politik terhadap Anies-Sandi.

Hal itu, dalam pandangan Tom, erat kaitannya dengan sikap keras Anies-Sandi yang sejak awal berkomitmen menolak megaproyek reklamasi Teluk Jakarta.

"Kita tahu, partai penguasa PDIP adalah pengusung utama proyek itu. Jadi, tidak mungkin hanya tatib (tata tertib) yang menjadi alasan Om Pras (Prasetio) menolak paripurna, itu salah. Sebab lebih tinggi undang undang dari pada tatib," ujar Tom saat berbincang dengan wartawan, di Jakarta, Rabu (25/10/2017) malam.

Terlebih lagi, sambung Tom, sudah ada contoh yurisprudensi yang dilakukan Pras, yaitu pada pengesahan APBD Perubahan 2014.

"Saat itu, belum ada tatib dan alat kelengkapan dewan (AKD). Hanya pimpinan dewan, Gubernur, Sekda dan Bappeda yang menyetujuinya. Hanya delapan orang saja. Dan itu (Perda APBD) tidak melalui pembahasan dewan secara menyeluruh. Ucapan tegak lurus dengan aturan tidak berbanding lurus dengan yang terjadi pada pengesahan APBD Perubahan 2014," beber dia.

Ketika itu, ungkap Tom, ada indikasi korupsi yang sangat besar dan gila-gilaan. Di antaranya adalah pengadaan UPS dan pembelian lahan RS Sumber Waras, yang belakangan terbukti bermasalah.

"Bagaimana pertanggungjawaban Om Pras dengan semua itu? Karena ini jelas sangat merugikan masyarakat Jakarta. Sedangkan Sidang Paripurna Istimewa untuk Anies-Sandi justru menguntungkan masyarakat Jakarta," tutur dia penasaran.

Ia berpendapat, soal tegak lurus yang dimaksud sekretaris DPD PDI Perjuangan DKI Jakarta ‎itu adalah 'Teuku Umar', tempat kediaman Ketum PDIP. Bukan ke tata tertib.

"Sebab kalau tegak lurus ke tatib atau undang undang, secara otomatis harus dilaksanakan Sidang Paripurna Istimewa DPRD DKI Jakarta, sebagaimana Surat edaran Tjahjo Kumolo, yang tak lain adalah senior Om Pras di PDIP," imbuh Tom.

Karena itu, Tom menambahkan, yang sebenarnya terjadi dalam persoalan ini adalah telah terjadi keributan antara Presiden Jokowi dengan PDIP. Terlihat dari surat edaran yang dikeluarkan oleh Mendagri Tjahjo Kumolo sebagai pembantu Jokowi sekaligus kader PDIP.

"Lihat saja, sampai kini, PDI-P sebagai partai pengusung Jokowi, belum mendukungnya kembali. Padahal partai lain sudah lebih dulu mendukung pencalonan Jokowi di Pilpres 2019. Saya harap Om Pras tak merusak iklim politik di Jakarta dengan berlindung di belakang tata tertib," pesan Tom. (TS)

[http://ift.tt/2mXzrhY]


Demikianlah Artikel Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini

Sekianlah artikel Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini dengan alamat link https://islammushola.blogspot.com/2017/10/pengamat-curigai-ada-maksud-lain.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pengamat Curigai Ada Maksud Lain Dibalik Penolakan Paripurna Anies-Sandi oleh Ketua DPRD DKI ini"

Posting Komentar