Judul : Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim
link : Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim
Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim
Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar Walillahilhamd!Segala puji bagi Allah yang menciptakan hari-hari besar bagi agama. Yang telah mengaruniakan Idul Fitri dan Idul Adha dalam agama Islam. Idul Adha adalah karunia-Nya yang amat agung kepada umat manusia yang mengaku "wanahnu lahu muslimiin". Sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri seperti Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'aqub dan keturunanya.
Ada begitu banyak hikmah yang dapat diperoleh dari kisah hidup seorang anak manusia bernama Ibrahim. Akan tetapi pelajaran terpenting yang dapat kita resonansikan setiap saat dalam menjalani kehidupan ini adalah bagaimana ketegaran, kekuatan, dan keteguhan nabi Ibrahim a.s. dalam menghadapi ujian yang di berikan Allah SWT. Kehidupan sang nabi penuh dengan cobaan yang datang silih berganti sebagaimana yang bisa kita temukan di dalam Al-Qur'an.
Cobaan pertama justru datang dari orang yang paling dekat denganya. Seorang laki-laki yang justru telah membesarkan dan sudah barang tentu sangat ia cintai.
"Ingatlah ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?"
Tetapi kesantunan dan kelemah lembutanya justru mendapat celaan dan kecaman dari ayahnya Adzar.
"Dia (ayahnya) berkata, Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."
Apakah dengan hinaan ini lantas nabi Ibrahim marah dan mengancam balik ayahnya? Tidak! Justru nabi menjawab salamun'alaika.
"Dia (Ibrahim) berkata, Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Kelemahlembutan nabi Ibrahim kepada ayahnya yang kafir seolah mengajarkan bagaimana semestinya bergaul, bertutur kata dengan orang tua. Terlebih jika orang tua yang muslim dan mukmin. Meskipun ujian yang dihadapi nabi Ibrahim pertama-tama datang dari ayahnya sendiri, namun tidak dapat menghancurkan iman dan keyakinanya untuk terus berdakwah.
Ia pun keluar untuk menemui kaumnya dan memperingatkan mereka agar meninggalkan sesembahan berhala. Tetapi lagi-lagi Allah menguji setebal apa iman dan azam nabi Ibrahim. Pada hari itu juga kaumnya mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya. Akan tetapi ancaman itu tidak menyurutkan azam nabi dan ia dengan berserah diri kepada Allah dimasukan kedalam api. Tetapi Allah berfirman kepada api itu. "Wahai api! Menjadi sejuklah, dan selamatlah Ibrahim". Nabi Ibrahim pun selamat atas ujian yang bringas dari kaumnya ini.
Ujian selanjutnya adalah ujian pernikahan. Lama menikah dengan Siti Sarah nabi tidak dikaruniai anak. Ia pun menikah lagi dengan Siti Hajar namun Allah belum juga memberinya keturunan. Siang dan malam berdo'a kepada Allah "rabbi habli minashaalihiin". Ya Allah berilah aku anak yang soleh. Pada waktunya Allah pun menjawab kesabaran dan kegigihan dalam memohon. Allah mengaruniakan anak yang sabar bernama Ismail a.s.
Justru ujian terberat yang dialami sang nabi adalah ketika Allah meminta agar ia menyembelih Ismail. Anak yang sudah lama dinanti kehadiranya. Yang menjadi buah hati belaian jiwa. Yang amat sangat dicintainya kini harus ia korbankan demi Zat yang lebih ia cintai dari apapun di dunia. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Ash-Shafat : 99-111 ketika nabi Ibrahim berkata kepada anaknya, "Wahai anak ku aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu". Apakah nabi Ismail menolak? Ia justru mengatakan, "Wahai ayah ku laksanakanlah jika itu memang perintah Allah. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar". Tatkala mereka sudah bersiap melaksanakan perintah-Nya, Allah berseru kepada Ibrahim dan mengganti sembelihanya dengan hewan yang besar. Nabi Ibrahim pun selamat sejahtera atas ujian yang maha dahsyat ini. Pada hari Idul Adha di seluruh dunia orang islam berkurban, tetapi tidak ada seorangpun yang mengorbankan anaknya seperti nabi Ibrahim a.s.
Ujian demi ujian yang dihadapi nabi Ibrahim mengajarkan bahwa seorang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan di uji. Dengan ujian inilah seseorang akan diketahui apakah layak disebut sebagai orang beriman atau tidak. Apakah layak menjadi penghuni syurga atau neraka. Allah menegaskanya kepada manusia ketika ia berfirman,
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?"
(QS. Al-'Ankabut: 2)
Banyak pula yang menganalogikan bahwa kesulitan, penderitaan, dan musibah yang dialami dalam hidup sama seperti anak-anak yang bersekolah. Seorang siswa akan mendapatkan haknya untuk naik kelas atau ke jenjang berikutnya setelah ia lulus dalam ujian. Apakah siswa yang tidak ikut atau tidak lulus ujian akan naik kelas? Tentu tidak. Begitu pula bagi seorang hamba akan mendapatkan predikat taqwa dan syurga ketika telah nyata bagi Allah ia memiliki iman yang membaja seperti Ibrahim a.s.
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
(QS. Al-Baqarah: 214)
Akan tetapi Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-hambanya. Ia tidak akan meninggalkan mereka hancur dengan ujian. Tetapi Allah akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar dan meminta tolong kepada-Nya dengan shalat. Karena sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Penting untuk diketahui bahwa ujian datang dari Allah tidak hanya dalam bentu kemalangan, kemiskinan, bencana, perang atau musibah. Akan tetapi, kekayaan, kemewahan, anak-anak, pangkat dan jabatan merupakan ujian yang lebih besar. Banyak orang yang tidak sadar dengan ujian dalam bentuk yang kedua ini. Ia mengira bahwa kelalaianya dari Allah adalah sesuatu yang baik-baik saja. Shalat yang tinggal karena sibuk mencari harta, zakat, puasa, dan kewajiban lain tidak dipenuhi seolah tidak menjadi masalah. Ia nyaman dan tenang dengan hal itu sementara Allah masih memberinya harta benda, pangkat dan anak-anak. Ketahuilah dalam kondisi seperti ini sesungguhnya Allah sudah melupakan hambanya. Ia meninggalkan sang hamba sangat jauh, jauh dan jauh. Hingga Allah "menutup" hatinya, "menulikan" telinganya, dan "membutakan" matanya dari Allah SWT.
"Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat."
(QS. Al-Baqarah: 7)
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memuji orang beriman. Jika mereka mendapat cobaan dalam bentuk penderitaan maupun kesenangan.
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya” (HR. Muslim)
Marilah bercermin pada diri masing-masing. Apakah kita telah sabar dalam menghadapi ujian dari Allah?
Baik ujian-Nya dalam bentuk musibah, perintah maupun larangan. Sering kali kita gagal dalam menghadapinya. Apakah kita berkeluh kesah atau hancur keimanan saat ujian itu datang? 4 kali kita menyebut nama Ibrahim a.s. didalam shalat. Itu bukanlah sekedar ucapan di tepi bibir di ujung lidah. Tetapi mengajarkan untuk senantiasa kuat, tegar, dan sabar dalam menghadapi ujian kehidupan dari Allah 'Azza wajalla seperti nabiullah Ibrahim a.s.
Pemuda Kahfi mengajarkan kita dengan do'a nya;
robbanaaa aatinaa mil ladungka rohmataw wa hayyi` lanaa min amrinaa rosyadaa
"Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami".
Disampaikan dalam khutbah Idul Adha
Di desa Alur Tani II Kecamatan Bandar Pusaka
Aceh Tamiang
Loading...
Loading...
Allahuakbar! Allahuakbar! Allahuakbar Walillahilhamd!
Segala puji bagi Allah yang menciptakan hari-hari besar bagi agama. Yang telah mengaruniakan Idul Fitri dan Idul Adha dalam agama Islam. Idul Adha adalah karunia-Nya yang amat agung kepada umat manusia yang mengaku "wanahnu lahu muslimiin". Sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri seperti Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'aqub dan keturunanya.
Ada begitu banyak hikmah yang dapat diperoleh dari kisah hidup seorang anak manusia bernama Ibrahim. Akan tetapi pelajaran terpenting yang dapat kita resonansikan setiap saat dalam menjalani kehidupan ini adalah bagaimana ketegaran, kekuatan, dan keteguhan nabi Ibrahim a.s. dalam menghadapi ujian yang di berikan Allah SWT. Kehidupan sang nabi penuh dengan cobaan yang datang silih berganti sebagaimana yang bisa kita temukan di dalam Al-Qur'an.
Cobaan pertama justru datang dari orang yang paling dekat denganya. Seorang laki-laki yang justru telah membesarkan dan sudah barang tentu sangat ia cintai.
"Ingatlah ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?"
Tetapi kesantunan dan kelemah lembutanya justru mendapat celaan dan kecaman dari ayahnya Adzar.
"Dia (ayahnya) berkata, Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."
Apakah dengan hinaan ini lantas nabi Ibrahim marah dan mengancam balik ayahnya? Tidak! Justru nabi menjawab salamun'alaika.
"Dia (Ibrahim) berkata, Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Kelemahlembutan nabi Ibrahim kepada ayahnya yang kafir seolah mengajarkan bagaimana semestinya bergaul, bertutur kata dengan orang tua. Terlebih jika orang tua yang muslim dan mukmin. Meskipun ujian yang dihadapi nabi Ibrahim pertama-tama datang dari ayahnya sendiri, namun tidak dapat menghancurkan iman dan keyakinanya untuk terus berdakwah.
Ia pun keluar untuk menemui kaumnya dan memperingatkan mereka agar meninggalkan sesembahan berhala. Tetapi lagi-lagi Allah menguji setebal apa iman dan azam nabi Ibrahim. Pada hari itu juga kaumnya mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya. Akan tetapi ancaman itu tidak menyurutkan azam nabi dan ia dengan berserah diri kepada Allah dimasukan kedalam api. Tetapi Allah berfirman kepada api itu. "Wahai api! Menjadi sejuklah, dan selamatlah Ibrahim". Nabi Ibrahim pun selamat atas ujian yang bringas dari kaumnya ini.
Ujian selanjutnya adalah ujian pernikahan. Lama menikah dengan Siti Sarah nabi tidak dikaruniai anak. Ia pun menikah lagi dengan Siti Hajar namun Allah belum juga memberinya keturunan. Siang dan malam berdo'a kepada Allah "rabbi habli minashaalihiin". Ya Allah berilah aku anak yang soleh. Pada waktunya Allah pun menjawab kesabaran dan kegigihan dalam memohon. Allah mengaruniakan anak yang sabar bernama Ismail a.s.
Justru ujian terberat yang dialami sang nabi adalah ketika Allah meminta agar ia menyembelih Ismail. Anak yang sudah lama dinanti kehadiranya. Yang menjadi buah hati belaian jiwa. Yang amat sangat dicintainya kini harus ia korbankan demi Zat yang lebih ia cintai dari apapun di dunia. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Ash-Shafat : 99-111 ketika nabi Ibrahim berkata kepada anaknya, "Wahai anak ku aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu". Apakah nabi Ismail menolak? Ia justru mengatakan, "Wahai ayah ku laksanakanlah jika itu memang perintah Allah. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar". Tatkala mereka sudah bersiap melaksanakan perintah-Nya, Allah berseru kepada Ibrahim dan mengganti sembelihanya dengan hewan yang besar. Nabi Ibrahim pun selamat sejahtera atas ujian yang maha dahsyat ini. Pada hari Idul Adha di seluruh dunia orang islam berkurban, tetapi tidak ada seorangpun yang mengorbankan anaknya seperti nabi Ibrahim a.s.
Ujian demi ujian yang dihadapi nabi Ibrahim mengajarkan bahwa seorang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan di uji. Dengan ujian inilah seseorang akan diketahui apakah layak disebut sebagai orang beriman atau tidak. Apakah layak menjadi penghuni syurga atau neraka. Allah menegaskanya kepada manusia ketika ia berfirman,
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?"
(QS. Al-'Ankabut: 2)
Banyak pula yang menganalogikan bahwa kesulitan, penderitaan, dan musibah yang dialami dalam hidup sama seperti anak-anak yang bersekolah. Seorang siswa akan mendapatkan haknya untuk naik kelas atau ke jenjang berikutnya setelah ia lulus dalam ujian. Apakah siswa yang tidak ikut atau tidak lulus ujian akan naik kelas? Tentu tidak. Begitu pula bagi seorang hamba akan mendapatkan predikat taqwa dan syurga ketika telah nyata bagi Allah ia memiliki iman yang membaja seperti Ibrahim a.s.
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
(QS. Al-Baqarah: 214)
Akan tetapi Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-hambanya. Ia tidak akan meninggalkan mereka hancur dengan ujian. Tetapi Allah akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar dan meminta tolong kepada-Nya dengan shalat. Karena sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Penting untuk diketahui bahwa ujian datang dari Allah tidak hanya dalam bentu kemalangan, kemiskinan, bencana, perang atau musibah. Akan tetapi, kekayaan, kemewahan, anak-anak, pangkat dan jabatan merupakan ujian yang lebih besar. Banyak orang yang tidak sadar dengan ujian dalam bentuk yang kedua ini. Ia mengira bahwa kelalaianya dari Allah adalah sesuatu yang baik-baik saja. Shalat yang tinggal karena sibuk mencari harta, zakat, puasa, dan kewajiban lain tidak dipenuhi seolah tidak menjadi masalah. Ia nyaman dan tenang dengan hal itu sementara Allah masih memberinya harta benda, pangkat dan anak-anak. Ketahuilah dalam kondisi seperti ini sesungguhnya Allah sudah melupakan hambanya. Ia meninggalkan sang hamba sangat jauh, jauh dan jauh. Hingga Allah "menutup" hatinya, "menulikan" telinganya, dan "membutakan" matanya dari Allah SWT.
"Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat."
(QS. Al-Baqarah: 7)
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memuji orang beriman. Jika mereka mendapat cobaan dalam bentuk penderitaan maupun kesenangan.
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya” (HR. Muslim)
Marilah bercermin pada diri masing-masing. Apakah kita telah sabar dalam menghadapi ujian dari Allah?
Baik ujian-Nya dalam bentuk musibah, perintah maupun larangan. Sering kali kita gagal dalam menghadapinya. Apakah kita berkeluh kesah atau hancur keimanan saat ujian itu datang? 4 kali kita menyebut nama Ibrahim a.s. didalam shalat. Itu bukanlah sekedar ucapan di tepi bibir di ujung lidah. Tetapi mengajarkan untuk senantiasa kuat, tegar, dan sabar dalam menghadapi ujian kehidupan dari Allah 'Azza wajalla seperti nabiullah Ibrahim a.s.
Pemuda Kahfi mengajarkan kita dengan do'a nya;
robbanaaa aatinaa mil ladungka rohmataw wa hayyi` lanaa min amrinaa rosyadaa
"Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami".
Disampaikan dalam khutbah Idul Adha
Di desa Alur Tani II Kecamatan Bandar Pusaka
Aceh Tamiang
Segala puji bagi Allah yang menciptakan hari-hari besar bagi agama. Yang telah mengaruniakan Idul Fitri dan Idul Adha dalam agama Islam. Idul Adha adalah karunia-Nya yang amat agung kepada umat manusia yang mengaku "wanahnu lahu muslimiin". Sesungguhnya kami termasuk orang yang berserah diri seperti Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'aqub dan keturunanya.
Ada begitu banyak hikmah yang dapat diperoleh dari kisah hidup seorang anak manusia bernama Ibrahim. Akan tetapi pelajaran terpenting yang dapat kita resonansikan setiap saat dalam menjalani kehidupan ini adalah bagaimana ketegaran, kekuatan, dan keteguhan nabi Ibrahim a.s. dalam menghadapi ujian yang di berikan Allah SWT. Kehidupan sang nabi penuh dengan cobaan yang datang silih berganti sebagaimana yang bisa kita temukan di dalam Al-Qur'an.
Cobaan pertama justru datang dari orang yang paling dekat denganya. Seorang laki-laki yang justru telah membesarkan dan sudah barang tentu sangat ia cintai.
"Ingatlah ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, "Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?"
Tetapi kesantunan dan kelemah lembutanya justru mendapat celaan dan kecaman dari ayahnya Adzar.
"Dia (ayahnya) berkata, Bencikah engkau kepada tuhan-tuhanku, wahai Ibrahim? Jika engkau tidak berhenti, pasti engkau akan kurajam, maka tinggalkanlah aku untuk waktu yang lama."
Apakah dengan hinaan ini lantas nabi Ibrahim marah dan mengancam balik ayahnya? Tidak! Justru nabi menjawab salamun'alaika.
"Dia (Ibrahim) berkata, Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku."
Kelemahlembutan nabi Ibrahim kepada ayahnya yang kafir seolah mengajarkan bagaimana semestinya bergaul, bertutur kata dengan orang tua. Terlebih jika orang tua yang muslim dan mukmin. Meskipun ujian yang dihadapi nabi Ibrahim pertama-tama datang dari ayahnya sendiri, namun tidak dapat menghancurkan iman dan keyakinanya untuk terus berdakwah.
Ia pun keluar untuk menemui kaumnya dan memperingatkan mereka agar meninggalkan sesembahan berhala. Tetapi lagi-lagi Allah menguji setebal apa iman dan azam nabi Ibrahim. Pada hari itu juga kaumnya mengumpulkan kayu bakar dan membakarnya. Akan tetapi ancaman itu tidak menyurutkan azam nabi dan ia dengan berserah diri kepada Allah dimasukan kedalam api. Tetapi Allah berfirman kepada api itu. "Wahai api! Menjadi sejuklah, dan selamatlah Ibrahim". Nabi Ibrahim pun selamat atas ujian yang bringas dari kaumnya ini.
Ujian selanjutnya adalah ujian pernikahan. Lama menikah dengan Siti Sarah nabi tidak dikaruniai anak. Ia pun menikah lagi dengan Siti Hajar namun Allah belum juga memberinya keturunan. Siang dan malam berdo'a kepada Allah "rabbi habli minashaalihiin". Ya Allah berilah aku anak yang soleh. Pada waktunya Allah pun menjawab kesabaran dan kegigihan dalam memohon. Allah mengaruniakan anak yang sabar bernama Ismail a.s.
Justru ujian terberat yang dialami sang nabi adalah ketika Allah meminta agar ia menyembelih Ismail. Anak yang sudah lama dinanti kehadiranya. Yang menjadi buah hati belaian jiwa. Yang amat sangat dicintainya kini harus ia korbankan demi Zat yang lebih ia cintai dari apapun di dunia. Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Ash-Shafat : 99-111 ketika nabi Ibrahim berkata kepada anaknya, "Wahai anak ku aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu, bagaimana pendapatmu". Apakah nabi Ismail menolak? Ia justru mengatakan, "Wahai ayah ku laksanakanlah jika itu memang perintah Allah. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar". Tatkala mereka sudah bersiap melaksanakan perintah-Nya, Allah berseru kepada Ibrahim dan mengganti sembelihanya dengan hewan yang besar. Nabi Ibrahim pun selamat sejahtera atas ujian yang maha dahsyat ini. Pada hari Idul Adha di seluruh dunia orang islam berkurban, tetapi tidak ada seorangpun yang mengorbankan anaknya seperti nabi Ibrahim a.s.
Ujian demi ujian yang dihadapi nabi Ibrahim mengajarkan bahwa seorang yang mengaku beriman kepada Allah pasti akan di uji. Dengan ujian inilah seseorang akan diketahui apakah layak disebut sebagai orang beriman atau tidak. Apakah layak menjadi penghuni syurga atau neraka. Allah menegaskanya kepada manusia ketika ia berfirman,
"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, Kami telah beriman dan mereka tidak diuji?"
(QS. Al-'Ankabut: 2)
Banyak pula yang menganalogikan bahwa kesulitan, penderitaan, dan musibah yang dialami dalam hidup sama seperti anak-anak yang bersekolah. Seorang siswa akan mendapatkan haknya untuk naik kelas atau ke jenjang berikutnya setelah ia lulus dalam ujian. Apakah siswa yang tidak ikut atau tidak lulus ujian akan naik kelas? Tentu tidak. Begitu pula bagi seorang hamba akan mendapatkan predikat taqwa dan syurga ketika telah nyata bagi Allah ia memiliki iman yang membaja seperti Ibrahim a.s.
"Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, Kapankah datang pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat."
(QS. Al-Baqarah: 214)
Akan tetapi Allah tidak akan pernah membiarkan hamba-hambanya. Ia tidak akan meninggalkan mereka hancur dengan ujian. Tetapi Allah akan senantiasa bersama dengan orang-orang yang sabar dan meminta tolong kepada-Nya dengan shalat. Karena sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
Penting untuk diketahui bahwa ujian datang dari Allah tidak hanya dalam bentu kemalangan, kemiskinan, bencana, perang atau musibah. Akan tetapi, kekayaan, kemewahan, anak-anak, pangkat dan jabatan merupakan ujian yang lebih besar. Banyak orang yang tidak sadar dengan ujian dalam bentuk yang kedua ini. Ia mengira bahwa kelalaianya dari Allah adalah sesuatu yang baik-baik saja. Shalat yang tinggal karena sibuk mencari harta, zakat, puasa, dan kewajiban lain tidak dipenuhi seolah tidak menjadi masalah. Ia nyaman dan tenang dengan hal itu sementara Allah masih memberinya harta benda, pangkat dan anak-anak. Ketahuilah dalam kondisi seperti ini sesungguhnya Allah sudah melupakan hambanya. Ia meninggalkan sang hamba sangat jauh, jauh dan jauh. Hingga Allah "menutup" hatinya, "menulikan" telinganya, dan "membutakan" matanya dari Allah SWT.
"Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat."
(QS. Al-Baqarah: 7)
Lihatlah bagaimana Rasulullah SAW memuji orang beriman. Jika mereka mendapat cobaan dalam bentuk penderitaan maupun kesenangan.
"Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya baik baginya. Dan yang demikian itu hanya ada pada seorang mukmin. Jika mendapat kesenangan dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika mendapat musibah dia bersabar, maka sabar itu baik baginya” (HR. Muslim)
Marilah bercermin pada diri masing-masing. Apakah kita telah sabar dalam menghadapi ujian dari Allah?
Baik ujian-Nya dalam bentuk musibah, perintah maupun larangan. Sering kali kita gagal dalam menghadapinya. Apakah kita berkeluh kesah atau hancur keimanan saat ujian itu datang? 4 kali kita menyebut nama Ibrahim a.s. didalam shalat. Itu bukanlah sekedar ucapan di tepi bibir di ujung lidah. Tetapi mengajarkan untuk senantiasa kuat, tegar, dan sabar dalam menghadapi ujian kehidupan dari Allah 'Azza wajalla seperti nabiullah Ibrahim a.s.
Pemuda Kahfi mengajarkan kita dengan do'a nya;
robbanaaa aatinaa mil ladungka rohmataw wa hayyi` lanaa min amrinaa rosyadaa
"Ya Tuhan Kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami".
Disampaikan dalam khutbah Idul Adha
Di desa Alur Tani II Kecamatan Bandar Pusaka
Aceh Tamiang
Demikianlah Artikel Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim
Sekianlah artikel Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim dengan alamat link https://islammushola.blogspot.com/2017/09/memiliki-kesabaran-seperti-nabi-ibrahim.html
0 Response to "Memiliki Kesabaran seperti Nabi Ibrahim"
Posting Komentar