Judul : Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa
link : Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa
Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa
Hadirin sidang jama'ah Jum'at yang mulia...Sebelum khatib memasuki materi khutbah mari sama-sama kita dengar sebuah kisah dari sahabat yang mulia Rabi'ah ibn Malik Al-Aslami. Mudah-mudahan dari kisah ini nanti kita bisa mengambil pelajaran dan bisa diamalkan. Rabi'ah adalah salah satu pembantu Rasulullah. Dalam sebuah hadist yang panjang riwayat imam Muslim diceritakan bahwasanya Rabi'ah adalah pembantu Rasulullah yang sangat penurut. Sehingga Rasul merasa terkesan denganya. Apapun keperluan Rasul maka Rabi'ah selalu membantu memenuhinya. Hingga pada suatu hari Rasulullah menawarkan kepada Rabi'ah permohonan. "Wahai Rabi'ah aku melihatmu sangat patuh kepadaku, apa yang aku perlukan kamu selalu mematuhi ku. Sekarang apa yang kamu mau dariku wahai Rabi'ah? Insya Allah aku akan mengabulkanya" tanya Rasulullah. Mendengar hal ini Rabi'ah tidak ingin menyiakan kesempatan untuk meminta yang terbaik dari Rasul SAW. "Kalau demikian beri aku waktu untuk memikirkanya ya Rasul" pinta Rabi'ah. Setelah lama Rabi'ah memikirkanya ia pun menemui Rasulullah untuk mengutarakan permintaanya. "Ya Rasulullah alhamdulillah aku hidup di dunia ini banyak nikmat yang sudah Allah beri kepadaku. Aku punya keluarga dan rezekikupun meski tidak banyak tetapi cukup. Aku meminta kepadamu ya Rasul agar aku bisa menjadi temanmu di syurga nanti". Mendengar permintaan Rabi'ah ini Rasulullah memujinya. Dan terdiam untuk memikirkan. Kemudian Rasulullah berkata, "baik kalau begitu Rabi'ah", "faa'inni 'ala nafsika bi katsratissujuud" "tetapi bantu aku-untuk dirimu- dengan memperbabyak sujud".
Hadirin sidang jama'ah Jum'at sekalian. Para imam hadist mengatakan bahwa hadist ini tidak hanya untuk Rabi'ah saja. Namun juga untuk kita umat Rasulullah. Bahwa kita semua memiliki kesempatan untuk menjadi teman Rasulullah di syurga nanti dengan cara memperbanyak sujud. Makna memperbanyak sujud bukanlah sujud yang tidak henti-henti. Tetapi memperbanyak sujud adalah memperbanyak shalat. Selain shalat wajib juga shalat-shalat sunnah. Shalat sunnah rawatib, tahajud, dhuha, tahyat mesjid, dan shalat lainya. Semoga kita bisa mengamalkanya.
Hadirin sidang jama'ah Jum'at rahimakumullah..
Tepat pada tanggal 17 Agustus kemarin kita memperingati 72 tahun kemerdekaan RI. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk menyemarakanya. Kemarin, upacara penaikan dan penurunan sang Merah Putih dilaksanakan di kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional di Istana Negara. Ada juga yang melaksanakan kegiatan bermanfaat lainya seperti zikir, muraja'ah 17.17.17 yang dilaksanakan TNI, dan berbagai lomba kerakyatan untuk melestarikan budaya bangsa. Namun sangat disayangkan hadirin sekalian, masih ada juga saudara-saudara kita yang merayakan kemerdekaan dengan bermaksiat. Menampilkan wanita yang mempertontonkan aurat sambil berjoget di panggung hiburan. Tentunya ini tidak sesuai dengan semangat kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan yang sebagian besarnya dipelopori oleh Ulama yang penuh dengan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, persatuan, dan keyakinan untuk lepas dari belenggu penjajahan.
Peranan Ulama dan umat islam dalam perjuangan kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Misalnya di Aceh ketika Kesultanan Aceh Darussalam melawan serangan Portugis di Selat Malaka, Aceh meminta bantuan kepada kesultanan Turki Ustmani di istanbul. Dengan bantuan angkatan laut Kesultanan Turki, Portugis berhasil dipukul mundur. Bukti sejarah ini juga bisa kita saksikan di Gampong Bitai sebuah tempat di pesisir pantai Uleu Lheu tempat dimakamkanya banyak orang Turki.
Pangeran Diponegoro yang mempelopori perjuangan pengusiran penjajah di Jawa Tengah adalah seorang Ulama. Kita masih bisa melihat sampai saat ini foto pahlawan Pangeran diponegoro mengenakan surban.
Tatkala Inggris memboncengi Belanda untuk kembali menguasai Indonesia pasca diproklamirķanya kemerdekaan, Ir. Sukarno sawon ke Jawa Timur dan meminta fatwa jihad kepada K.H. Hasyim Asyari. Kemudian dikeluarkanlah apa yang disebut sebagai resolusi jihad NU pada 22 Oktober 1945 yang berisi wajibnya jihad untuk umat islam melawan penjajah. Nahdatul Ulama mengerahkan santri dari semua pesantren di tanah Jawa. Kini 22 Oktober dikenal sebagai hari santri nasional. Setelah keluarnya Resolusi Jihad NU terjadilah peristiwa 10 November yang kita kenal sebagai hari pahlawan. Bung Tomo ketika berpidato membukanya dengan kalimat "Alhauakbar, Allahuakbar, Allahuakbar! Merdeka!!!".
Meskipun perjuangan kemerdekaan dipelopori oleh umat islam para Ulama tidak egois mendirikan negara islam di Indonesia. Akan tetapi mereka mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dari sabang sampai marauke. Ini bisa kita lihat dengan digantinya sila pertama dari pancasila yang diusulkan Ir. Sukarno. Kalimat "kewajiban menjalankan syari'at islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sehingga Dusta! Jika ada yang mengatakan umat islam intoleran, radikal, memecahbelah persatuan bangsa, dan merusak kebhinekaan. Padahal Umat islamlah yang pertama kali merejut tenun kebangsaan.
Hadirin sidang jama'ah yang mulia..
Resolusi jihad NU hingga saat ini belum dicabut sehingga kewajiban berjihad masih harus kita lakukan. Bukan dengan mengangkat senjata. Tetapi dengan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan bermanfaat untuk sesama. Apapun profesi kita baik petani, guru, nelayan, kuli dan yang lainya kita persembahkan kerja terbaik kita untuk bangsa dan negara. Karena "hubbul wathan minal iman". cinta tanah air bagian dari iman.
Hendaknya pula kita senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara sesama muslim. Saling mencintai dan tidak berpecah belah. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-'Imran: 103
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk berpegang pada agamanya Al-Islam. Dengan begitulah Allah akan mempersatukan hati orang beriman. Bersatu dengan kalimat tauhid dan Allah mengecam perpecahan. Ketia kita terpecahbelah, saling berselisih maka kita akan mudah dikalahkan. Tetapi kita kita bersatu kita akan kuat dan bisa memenangkan persaingan global.
Dimomen kemerdekaan ini marilah jua kita mengingat peristiwa bersejarah yang terjadi pada 2 Desember 2016. 7 juta umat Islam berkumpul di ibu kota Jakarta untuk menuntut keadilan. Aksi ini disebut sebagai aksi 212. Dan kita sudah membuktikan jika umat kompak, bersatu dan bahu membahu maka kita akan kuat dan bisa menang. Rasa keadilan kita juga di bayar dengan dihukumnya terdakwa penista agama dengan 2 tahun kurungan. Dari perkumpulan itu tidak ada fasilitas umum yang rusak. Tidak ada sampah yang tertinggal dan tumbuhan yang mati. Ini membuktikan jika kita bersatu maka umat akan kuat dan bisa membumikan ajaran islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Hadirin sekalian..
Di peringatan hari kemerdekaan ini mari kita terus memupuk ukhuwah islamiyah. Saling mencintai dan tolong menolong tidak hanya dalam urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Tidak hanya bantu membantu dalam bidang pertanian, ekonomi, gotong royong dikampung, atau ketika ada acara tetangga. Tetapi marilah jua kita tolong menolong dalam beribadah kepada Allah. Karena merdeka yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa terbebas dari belenggu harta benda dunia dan hawa nafsu untuk menyembah dan menghambakan diri kepada Allah 'Azza wajalla!
Persoalan fiqih yang ulama berbeda dalam berpendapat jangan lagi kita besar-besarkan sehingga muncul permusuhan. Tetapi mari kita menjalankan apa yang kita yakini dan menjaga keikhlansan hati.
"...Maka di antara manusia ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Dan diantara mereka ada yang berdoa, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka".
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 200-201)
Hadirin sekalian, persatuan umat pada masa generasi awal islam sungguh luar biasa. Setibanya di Madinah yang Rasulullah lakukan adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Bahkan suku Aus dan Khazraj yang lama berperang saling mencintai dibawah kalimat tauhid. Kita juga bisa melihat pada masa sesudahnya. Ketika terjadi perang Al-Qadisiyah pasukan islam dan pasukan persia di pisahkan oleh sebuah sungai. Disepakati bahwa pasukan islam menyebrang sungai. Ketika menyebrang salah seorang pasukan berteriak bahwa tempat minumnya terjatuh. Seketika itu pula saudaranya yang lain masuk ke air untuk mencari tempat minum itu. Melihat hal ini orang Persia menjadi gentar. Hanya tempat minum yang terjatuh umat islam begitu kompak mencari dan berkorban untuk saudaranya. Bagaimana jika salah seorang pasukan muslim mati karena pedang orang persia?!
Hadirin sidang jamaah rahimakumullah.. begitulah umat islam bersaudara. Sebagai mana yang Allah tetapkan, "Sungguh orang-orang muknin itu bersaudara, maka damaikanlah diantara saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat" (Al-Hujarat:13)
Di momen kemerdekaan ini pula kita harus mengingat dan bersyukur atas nikmat kemerdekaan pada bangsa kita. Pada saat yang sama masih ada saudara seiman kita yang belim merdeka. Mereka adalah saudara kita di Palestina, di Myanmar, di Suriah dan di belahan bumi yang lain. Mari kita do'akan agar mereka bisa menyembah dan beribadah kepada Allah dalam keadaan aman dan damai.
Jamaah sekalian, selain Ukhuwah islamiyah islam juga mengajarkan ukhuwah wathaniah atau persaudaraan se tanah air. Ini bisa kita lihat dalam piagam madinah Rasulullah juga memberikan keadilan dan rasa aman kepada orang yahudi dan nasrani. Begitu pula seharusnya kita bisa menghargai sesama anak bangsa apapun agama, suku, dan etnisnya. Terlebih-lebih sebagai sesama muslim.
Menutup khutbah ini marilah kita renungkan perkataan rasulullah dalam sebuah hadist, "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya".
Disampaikan dalam khutbah Jum'at
Di Mesjid al-Istiqomah desa Suka Mulia Upah Aceh Tamiang
18 Agustus 2017
Loading...
Loading...
Hadirin sidang jama'ah Jum'at yang mulia...
Sebelum khatib memasuki materi khutbah mari sama-sama kita dengar sebuah kisah dari sahabat yang mulia Rabi'ah ibn Malik Al-Aslami. Mudah-mudahan dari kisah ini nanti kita bisa mengambil pelajaran dan bisa diamalkan. Rabi'ah adalah salah satu pembantu Rasulullah. Dalam sebuah hadist yang panjang riwayat imam Muslim diceritakan bahwasanya Rabi'ah adalah pembantu Rasulullah yang sangat penurut. Sehingga Rasul merasa terkesan denganya. Apapun keperluan Rasul maka Rabi'ah selalu membantu memenuhinya. Hingga pada suatu hari Rasulullah menawarkan kepada Rabi'ah permohonan. "Wahai Rabi'ah aku melihatmu sangat patuh kepadaku, apa yang aku perlukan kamu selalu mematuhi ku. Sekarang apa yang kamu mau dariku wahai Rabi'ah? Insya Allah aku akan mengabulkanya" tanya Rasulullah. Mendengar hal ini Rabi'ah tidak ingin menyiakan kesempatan untuk meminta yang terbaik dari Rasul SAW. "Kalau demikian beri aku waktu untuk memikirkanya ya Rasul" pinta Rabi'ah. Setelah lama Rabi'ah memikirkanya ia pun menemui Rasulullah untuk mengutarakan permintaanya. "Ya Rasulullah alhamdulillah aku hidup di dunia ini banyak nikmat yang sudah Allah beri kepadaku. Aku punya keluarga dan rezekikupun meski tidak banyak tetapi cukup. Aku meminta kepadamu ya Rasul agar aku bisa menjadi temanmu di syurga nanti". Mendengar permintaan Rabi'ah ini Rasulullah memujinya. Dan terdiam untuk memikirkan. Kemudian Rasulullah berkata, "baik kalau begitu Rabi'ah", "faa'inni 'ala nafsika bi katsratissujuud" "tetapi bantu aku-untuk dirimu- dengan memperbabyak sujud".
Hadirin sidang jama'ah Jum'at sekalian. Para imam hadist mengatakan bahwa hadist ini tidak hanya untuk Rabi'ah saja. Namun juga untuk kita umat Rasulullah. Bahwa kita semua memiliki kesempatan untuk menjadi teman Rasulullah di syurga nanti dengan cara memperbanyak sujud. Makna memperbanyak sujud bukanlah sujud yang tidak henti-henti. Tetapi memperbanyak sujud adalah memperbanyak shalat. Selain shalat wajib juga shalat-shalat sunnah. Shalat sunnah rawatib, tahajud, dhuha, tahyat mesjid, dan shalat lainya. Semoga kita bisa mengamalkanya.
Hadirin sidang jama'ah Jum'at rahimakumullah..
Tepat pada tanggal 17 Agustus kemarin kita memperingati 72 tahun kemerdekaan RI. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk menyemarakanya. Kemarin, upacara penaikan dan penurunan sang Merah Putih dilaksanakan di kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional di Istana Negara. Ada juga yang melaksanakan kegiatan bermanfaat lainya seperti zikir, muraja'ah 17.17.17 yang dilaksanakan TNI, dan berbagai lomba kerakyatan untuk melestarikan budaya bangsa. Namun sangat disayangkan hadirin sekalian, masih ada juga saudara-saudara kita yang merayakan kemerdekaan dengan bermaksiat. Menampilkan wanita yang mempertontonkan aurat sambil berjoget di panggung hiburan. Tentunya ini tidak sesuai dengan semangat kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan yang sebagian besarnya dipelopori oleh Ulama yang penuh dengan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, persatuan, dan keyakinan untuk lepas dari belenggu penjajahan.
Peranan Ulama dan umat islam dalam perjuangan kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Misalnya di Aceh ketika Kesultanan Aceh Darussalam melawan serangan Portugis di Selat Malaka, Aceh meminta bantuan kepada kesultanan Turki Ustmani di istanbul. Dengan bantuan angkatan laut Kesultanan Turki, Portugis berhasil dipukul mundur. Bukti sejarah ini juga bisa kita saksikan di Gampong Bitai sebuah tempat di pesisir pantai Uleu Lheu tempat dimakamkanya banyak orang Turki.
Pangeran Diponegoro yang mempelopori perjuangan pengusiran penjajah di Jawa Tengah adalah seorang Ulama. Kita masih bisa melihat sampai saat ini foto pahlawan Pangeran diponegoro mengenakan surban.
Tatkala Inggris memboncengi Belanda untuk kembali menguasai Indonesia pasca diproklamirķanya kemerdekaan, Ir. Sukarno sawon ke Jawa Timur dan meminta fatwa jihad kepada K.H. Hasyim Asyari. Kemudian dikeluarkanlah apa yang disebut sebagai resolusi jihad NU pada 22 Oktober 1945 yang berisi wajibnya jihad untuk umat islam melawan penjajah. Nahdatul Ulama mengerahkan santri dari semua pesantren di tanah Jawa. Kini 22 Oktober dikenal sebagai hari santri nasional. Setelah keluarnya Resolusi Jihad NU terjadilah peristiwa 10 November yang kita kenal sebagai hari pahlawan. Bung Tomo ketika berpidato membukanya dengan kalimat "Alhauakbar, Allahuakbar, Allahuakbar! Merdeka!!!".
Meskipun perjuangan kemerdekaan dipelopori oleh umat islam para Ulama tidak egois mendirikan negara islam di Indonesia. Akan tetapi mereka mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dari sabang sampai marauke. Ini bisa kita lihat dengan digantinya sila pertama dari pancasila yang diusulkan Ir. Sukarno. Kalimat "kewajiban menjalankan syari'at islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sehingga Dusta! Jika ada yang mengatakan umat islam intoleran, radikal, memecahbelah persatuan bangsa, dan merusak kebhinekaan. Padahal Umat islamlah yang pertama kali merejut tenun kebangsaan.
Hadirin sidang jama'ah yang mulia..
Resolusi jihad NU hingga saat ini belum dicabut sehingga kewajiban berjihad masih harus kita lakukan. Bukan dengan mengangkat senjata. Tetapi dengan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan bermanfaat untuk sesama. Apapun profesi kita baik petani, guru, nelayan, kuli dan yang lainya kita persembahkan kerja terbaik kita untuk bangsa dan negara. Karena "hubbul wathan minal iman". cinta tanah air bagian dari iman.
Hendaknya pula kita senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara sesama muslim. Saling mencintai dan tidak berpecah belah. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-'Imran: 103
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk berpegang pada agamanya Al-Islam. Dengan begitulah Allah akan mempersatukan hati orang beriman. Bersatu dengan kalimat tauhid dan Allah mengecam perpecahan. Ketia kita terpecahbelah, saling berselisih maka kita akan mudah dikalahkan. Tetapi kita kita bersatu kita akan kuat dan bisa memenangkan persaingan global.
Dimomen kemerdekaan ini marilah jua kita mengingat peristiwa bersejarah yang terjadi pada 2 Desember 2016. 7 juta umat Islam berkumpul di ibu kota Jakarta untuk menuntut keadilan. Aksi ini disebut sebagai aksi 212. Dan kita sudah membuktikan jika umat kompak, bersatu dan bahu membahu maka kita akan kuat dan bisa menang. Rasa keadilan kita juga di bayar dengan dihukumnya terdakwa penista agama dengan 2 tahun kurungan. Dari perkumpulan itu tidak ada fasilitas umum yang rusak. Tidak ada sampah yang tertinggal dan tumbuhan yang mati. Ini membuktikan jika kita bersatu maka umat akan kuat dan bisa membumikan ajaran islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Hadirin sekalian..
Di peringatan hari kemerdekaan ini mari kita terus memupuk ukhuwah islamiyah. Saling mencintai dan tolong menolong tidak hanya dalam urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Tidak hanya bantu membantu dalam bidang pertanian, ekonomi, gotong royong dikampung, atau ketika ada acara tetangga. Tetapi marilah jua kita tolong menolong dalam beribadah kepada Allah. Karena merdeka yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa terbebas dari belenggu harta benda dunia dan hawa nafsu untuk menyembah dan menghambakan diri kepada Allah 'Azza wajalla!
Persoalan fiqih yang ulama berbeda dalam berpendapat jangan lagi kita besar-besarkan sehingga muncul permusuhan. Tetapi mari kita menjalankan apa yang kita yakini dan menjaga keikhlansan hati.
"...Maka di antara manusia ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Dan diantara mereka ada yang berdoa, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka".
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 200-201)
Hadirin sekalian, persatuan umat pada masa generasi awal islam sungguh luar biasa. Setibanya di Madinah yang Rasulullah lakukan adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Bahkan suku Aus dan Khazraj yang lama berperang saling mencintai dibawah kalimat tauhid. Kita juga bisa melihat pada masa sesudahnya. Ketika terjadi perang Al-Qadisiyah pasukan islam dan pasukan persia di pisahkan oleh sebuah sungai. Disepakati bahwa pasukan islam menyebrang sungai. Ketika menyebrang salah seorang pasukan berteriak bahwa tempat minumnya terjatuh. Seketika itu pula saudaranya yang lain masuk ke air untuk mencari tempat minum itu. Melihat hal ini orang Persia menjadi gentar. Hanya tempat minum yang terjatuh umat islam begitu kompak mencari dan berkorban untuk saudaranya. Bagaimana jika salah seorang pasukan muslim mati karena pedang orang persia?!
Hadirin sidang jamaah rahimakumullah.. begitulah umat islam bersaudara. Sebagai mana yang Allah tetapkan, "Sungguh orang-orang muknin itu bersaudara, maka damaikanlah diantara saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat" (Al-Hujarat:13)
Di momen kemerdekaan ini pula kita harus mengingat dan bersyukur atas nikmat kemerdekaan pada bangsa kita. Pada saat yang sama masih ada saudara seiman kita yang belim merdeka. Mereka adalah saudara kita di Palestina, di Myanmar, di Suriah dan di belahan bumi yang lain. Mari kita do'akan agar mereka bisa menyembah dan beribadah kepada Allah dalam keadaan aman dan damai.
Jamaah sekalian, selain Ukhuwah islamiyah islam juga mengajarkan ukhuwah wathaniah atau persaudaraan se tanah air. Ini bisa kita lihat dalam piagam madinah Rasulullah juga memberikan keadilan dan rasa aman kepada orang yahudi dan nasrani. Begitu pula seharusnya kita bisa menghargai sesama anak bangsa apapun agama, suku, dan etnisnya. Terlebih-lebih sebagai sesama muslim.
Menutup khutbah ini marilah kita renungkan perkataan rasulullah dalam sebuah hadist, "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya".
Disampaikan dalam khutbah Jum'at
Di Mesjid al-Istiqomah desa Suka Mulia Upah Aceh Tamiang
18 Agustus 2017
Sebelum khatib memasuki materi khutbah mari sama-sama kita dengar sebuah kisah dari sahabat yang mulia Rabi'ah ibn Malik Al-Aslami. Mudah-mudahan dari kisah ini nanti kita bisa mengambil pelajaran dan bisa diamalkan. Rabi'ah adalah salah satu pembantu Rasulullah. Dalam sebuah hadist yang panjang riwayat imam Muslim diceritakan bahwasanya Rabi'ah adalah pembantu Rasulullah yang sangat penurut. Sehingga Rasul merasa terkesan denganya. Apapun keperluan Rasul maka Rabi'ah selalu membantu memenuhinya. Hingga pada suatu hari Rasulullah menawarkan kepada Rabi'ah permohonan. "Wahai Rabi'ah aku melihatmu sangat patuh kepadaku, apa yang aku perlukan kamu selalu mematuhi ku. Sekarang apa yang kamu mau dariku wahai Rabi'ah? Insya Allah aku akan mengabulkanya" tanya Rasulullah. Mendengar hal ini Rabi'ah tidak ingin menyiakan kesempatan untuk meminta yang terbaik dari Rasul SAW. "Kalau demikian beri aku waktu untuk memikirkanya ya Rasul" pinta Rabi'ah. Setelah lama Rabi'ah memikirkanya ia pun menemui Rasulullah untuk mengutarakan permintaanya. "Ya Rasulullah alhamdulillah aku hidup di dunia ini banyak nikmat yang sudah Allah beri kepadaku. Aku punya keluarga dan rezekikupun meski tidak banyak tetapi cukup. Aku meminta kepadamu ya Rasul agar aku bisa menjadi temanmu di syurga nanti". Mendengar permintaan Rabi'ah ini Rasulullah memujinya. Dan terdiam untuk memikirkan. Kemudian Rasulullah berkata, "baik kalau begitu Rabi'ah", "faa'inni 'ala nafsika bi katsratissujuud" "tetapi bantu aku-untuk dirimu- dengan memperbabyak sujud".
Hadirin sidang jama'ah Jum'at sekalian. Para imam hadist mengatakan bahwa hadist ini tidak hanya untuk Rabi'ah saja. Namun juga untuk kita umat Rasulullah. Bahwa kita semua memiliki kesempatan untuk menjadi teman Rasulullah di syurga nanti dengan cara memperbanyak sujud. Makna memperbanyak sujud bukanlah sujud yang tidak henti-henti. Tetapi memperbanyak sujud adalah memperbanyak shalat. Selain shalat wajib juga shalat-shalat sunnah. Shalat sunnah rawatib, tahajud, dhuha, tahyat mesjid, dan shalat lainya. Semoga kita bisa mengamalkanya.
Hadirin sidang jama'ah Jum'at rahimakumullah..
Tepat pada tanggal 17 Agustus kemarin kita memperingati 72 tahun kemerdekaan RI. Berbagai kegiatan dilaksanakan untuk menyemarakanya. Kemarin, upacara penaikan dan penurunan sang Merah Putih dilaksanakan di kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat nasional di Istana Negara. Ada juga yang melaksanakan kegiatan bermanfaat lainya seperti zikir, muraja'ah 17.17.17 yang dilaksanakan TNI, dan berbagai lomba kerakyatan untuk melestarikan budaya bangsa. Namun sangat disayangkan hadirin sekalian, masih ada juga saudara-saudara kita yang merayakan kemerdekaan dengan bermaksiat. Menampilkan wanita yang mempertontonkan aurat sambil berjoget di panggung hiburan. Tentunya ini tidak sesuai dengan semangat kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pahlawan yang sebagian besarnya dipelopori oleh Ulama yang penuh dengan nilai-nilai pengorbanan, keikhlasan, persatuan, dan keyakinan untuk lepas dari belenggu penjajahan.
Peranan Ulama dan umat islam dalam perjuangan kemerdekaan adalah sesuatu yang tidak terbantahkan. Misalnya di Aceh ketika Kesultanan Aceh Darussalam melawan serangan Portugis di Selat Malaka, Aceh meminta bantuan kepada kesultanan Turki Ustmani di istanbul. Dengan bantuan angkatan laut Kesultanan Turki, Portugis berhasil dipukul mundur. Bukti sejarah ini juga bisa kita saksikan di Gampong Bitai sebuah tempat di pesisir pantai Uleu Lheu tempat dimakamkanya banyak orang Turki.
Pangeran Diponegoro yang mempelopori perjuangan pengusiran penjajah di Jawa Tengah adalah seorang Ulama. Kita masih bisa melihat sampai saat ini foto pahlawan Pangeran diponegoro mengenakan surban.
Tatkala Inggris memboncengi Belanda untuk kembali menguasai Indonesia pasca diproklamirķanya kemerdekaan, Ir. Sukarno sawon ke Jawa Timur dan meminta fatwa jihad kepada K.H. Hasyim Asyari. Kemudian dikeluarkanlah apa yang disebut sebagai resolusi jihad NU pada 22 Oktober 1945 yang berisi wajibnya jihad untuk umat islam melawan penjajah. Nahdatul Ulama mengerahkan santri dari semua pesantren di tanah Jawa. Kini 22 Oktober dikenal sebagai hari santri nasional. Setelah keluarnya Resolusi Jihad NU terjadilah peristiwa 10 November yang kita kenal sebagai hari pahlawan. Bung Tomo ketika berpidato membukanya dengan kalimat "Alhauakbar, Allahuakbar, Allahuakbar! Merdeka!!!".
Meskipun perjuangan kemerdekaan dipelopori oleh umat islam para Ulama tidak egois mendirikan negara islam di Indonesia. Akan tetapi mereka mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dari sabang sampai marauke. Ini bisa kita lihat dengan digantinya sila pertama dari pancasila yang diusulkan Ir. Sukarno. Kalimat "kewajiban menjalankan syari'at islam bagi pemeluk-pemeluknya" diganti menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa". Sehingga Dusta! Jika ada yang mengatakan umat islam intoleran, radikal, memecahbelah persatuan bangsa, dan merusak kebhinekaan. Padahal Umat islamlah yang pertama kali merejut tenun kebangsaan.
Hadirin sidang jama'ah yang mulia..
Resolusi jihad NU hingga saat ini belum dicabut sehingga kewajiban berjihad masih harus kita lakukan. Bukan dengan mengangkat senjata. Tetapi dengan bersungguh-sungguh dalam bekerja dan bermanfaat untuk sesama. Apapun profesi kita baik petani, guru, nelayan, kuli dan yang lainya kita persembahkan kerja terbaik kita untuk bangsa dan negara. Karena "hubbul wathan minal iman". cinta tanah air bagian dari iman.
Hendaknya pula kita senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan diantara sesama muslim. Saling mencintai dan tidak berpecah belah. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-'Imran: 103
"Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."
Dalam ayat ini Allah menyuruh kita untuk berpegang pada agamanya Al-Islam. Dengan begitulah Allah akan mempersatukan hati orang beriman. Bersatu dengan kalimat tauhid dan Allah mengecam perpecahan. Ketia kita terpecahbelah, saling berselisih maka kita akan mudah dikalahkan. Tetapi kita kita bersatu kita akan kuat dan bisa memenangkan persaingan global.
Dimomen kemerdekaan ini marilah jua kita mengingat peristiwa bersejarah yang terjadi pada 2 Desember 2016. 7 juta umat Islam berkumpul di ibu kota Jakarta untuk menuntut keadilan. Aksi ini disebut sebagai aksi 212. Dan kita sudah membuktikan jika umat kompak, bersatu dan bahu membahu maka kita akan kuat dan bisa menang. Rasa keadilan kita juga di bayar dengan dihukumnya terdakwa penista agama dengan 2 tahun kurungan. Dari perkumpulan itu tidak ada fasilitas umum yang rusak. Tidak ada sampah yang tertinggal dan tumbuhan yang mati. Ini membuktikan jika kita bersatu maka umat akan kuat dan bisa membumikan ajaran islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam.
Hadirin sekalian..
Di peringatan hari kemerdekaan ini mari kita terus memupuk ukhuwah islamiyah. Saling mencintai dan tolong menolong tidak hanya dalam urusan dunia, tetapi juga urusan akhirat. Tidak hanya bantu membantu dalam bidang pertanian, ekonomi, gotong royong dikampung, atau ketika ada acara tetangga. Tetapi marilah jua kita tolong menolong dalam beribadah kepada Allah. Karena merdeka yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa terbebas dari belenggu harta benda dunia dan hawa nafsu untuk menyembah dan menghambakan diri kepada Allah 'Azza wajalla!
Persoalan fiqih yang ulama berbeda dalam berpendapat jangan lagi kita besar-besarkan sehingga muncul permusuhan. Tetapi mari kita menjalankan apa yang kita yakini dan menjaga keikhlansan hati.
"...Maka di antara manusia ada yang berdoa, Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia, dan di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun. Dan diantara mereka ada yang berdoa, ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan di akhirat dan lindungilah kami dari azab neraka".
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 200-201)
Hadirin sekalian, persatuan umat pada masa generasi awal islam sungguh luar biasa. Setibanya di Madinah yang Rasulullah lakukan adalah mempersaudarakan kaum muhajirin dan anshar. Bahkan suku Aus dan Khazraj yang lama berperang saling mencintai dibawah kalimat tauhid. Kita juga bisa melihat pada masa sesudahnya. Ketika terjadi perang Al-Qadisiyah pasukan islam dan pasukan persia di pisahkan oleh sebuah sungai. Disepakati bahwa pasukan islam menyebrang sungai. Ketika menyebrang salah seorang pasukan berteriak bahwa tempat minumnya terjatuh. Seketika itu pula saudaranya yang lain masuk ke air untuk mencari tempat minum itu. Melihat hal ini orang Persia menjadi gentar. Hanya tempat minum yang terjatuh umat islam begitu kompak mencari dan berkorban untuk saudaranya. Bagaimana jika salah seorang pasukan muslim mati karena pedang orang persia?!
Hadirin sidang jamaah rahimakumullah.. begitulah umat islam bersaudara. Sebagai mana yang Allah tetapkan, "Sungguh orang-orang muknin itu bersaudara, maka damaikanlah diantara saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat" (Al-Hujarat:13)
Di momen kemerdekaan ini pula kita harus mengingat dan bersyukur atas nikmat kemerdekaan pada bangsa kita. Pada saat yang sama masih ada saudara seiman kita yang belim merdeka. Mereka adalah saudara kita di Palestina, di Myanmar, di Suriah dan di belahan bumi yang lain. Mari kita do'akan agar mereka bisa menyembah dan beribadah kepada Allah dalam keadaan aman dan damai.
Jamaah sekalian, selain Ukhuwah islamiyah islam juga mengajarkan ukhuwah wathaniah atau persaudaraan se tanah air. Ini bisa kita lihat dalam piagam madinah Rasulullah juga memberikan keadilan dan rasa aman kepada orang yahudi dan nasrani. Begitu pula seharusnya kita bisa menghargai sesama anak bangsa apapun agama, suku, dan etnisnya. Terlebih-lebih sebagai sesama muslim.
Menutup khutbah ini marilah kita renungkan perkataan rasulullah dalam sebuah hadist, "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya".
Disampaikan dalam khutbah Jum'at
Di Mesjid al-Istiqomah desa Suka Mulia Upah Aceh Tamiang
18 Agustus 2017
Demikianlah Artikel Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa
Sekianlah artikel Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa dengan alamat link https://islammushola.blogspot.com/2017/08/mencintai-indonesia-mencintai-sesama.html
0 Response to "Mencintai Indonesia, Mencintai Sesama Anak Bangsa"
Posting Komentar