HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong

HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong - Hallo sahabat Islam NUsantara, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel BUDAYA, Artikel KEISLAMAN, Artikel KHASANAH, Artikel POLITIK, Artikel SANTRI, Artikel SOSIAL, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong
link : HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong

Baca juga


HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong


Beritaislamterbaru.org - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mempertanyakan penafsiran pemerintah tentang Pancasila. Dalam sebuah diskusi, pihak HTI bahkan menyinggung PKI di masa pemerintahan Soekarno.

"Siapa sesungguhnya pihak yang berwenang menafsirkan Pancasila? Dulu masih ingat Pancasila ini disebut ideologi terbuka. Kalau betul (terbuka), maka siapa saja bisa menafsirkan Pancasila. Tapi baiklah kalau penafsir yang paling tepat adalah pemerintah," kata Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto dalam acara diskusi, Minggu (23/7).

"Maka persoalannya kemudian adalah siapa yang bisa menguji tafsir yang dibuat pemerintah pasti benar?" lanjutnya.

Menurut Ismail, Soekarno yang menjadi penggagas Pancasila tidak menerapkan Pancasila itu sendiri di masa pemerintahannya.

"Karena sejarah kita itu adalah sejarah klaim terhadap Pancasila. Siapa yang berani mengatakan kalau Soekarno dengan Orde Lamanya itu tidak pancasilais? Saya kira tidak ada yang berani. Tetapi lihatlah sepanjang Orde Lama itu. Sepanjang Orde Lama, PKI itu hidup bahkan berdampingan dan diblended oleh Bung Karno menjadi Nasakom," tuturnya.

"Tiba Orde Baru dan dia menyatakan bahwa tidak seperti itu. Orde Baru mengatakan bahwa orde ini lahir untuk mengoreksi Orde Lama yang tidak melaksanakan Pancasila. Setelah 32 tahun dengan jargonnya melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, tiba pula ujungnya tumbang oleh reformasi. Dan apa yang dikatakan oleh gerakan reformasi? Bahwa Orde Baru telah menyimpangkan Pancasila," ujarnya.

Ismail menerima dengan lapang dada keputusan pemerintah kepada HTI. Dia mengaku kecewa karena pemerintah tidak memberikan kesempatan kepada pihaknya untuk menjelaskan.

"Apakah benar tafsir yang dibuat oleh reformasi, khususnya Rezim Jokowi ini saya kira waktu pula yang akan mengatakan pada kita bagaimana nanti akhirnya. Nggak apa-apa mereka menuduh (HTI) seperti itu (anti Pancasila), cuma berikanlah kepada yang dituduh itu menjelaskan. Saya kira bukan diundang di sini karena sudah selesai. Kami sudah dibunuh. Setelah dibunuh baru ditanya, baru dikasih kesempatan ngomong," ujar Ismail. [beritaislam24h.info / jnc]

[http://ift.tt/2mXzrhY]
Loading...
Loading...

Beritaislamterbaru.org - Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mempertanyakan penafsiran pemerintah tentang Pancasila. Dalam sebuah diskusi, pihak HTI bahkan menyinggung PKI di masa pemerintahan Soekarno.

"Siapa sesungguhnya pihak yang berwenang menafsirkan Pancasila? Dulu masih ingat Pancasila ini disebut ideologi terbuka. Kalau betul (terbuka), maka siapa saja bisa menafsirkan Pancasila. Tapi baiklah kalau penafsir yang paling tepat adalah pemerintah," kata Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto dalam acara diskusi, Minggu (23/7).

"Maka persoalannya kemudian adalah siapa yang bisa menguji tafsir yang dibuat pemerintah pasti benar?" lanjutnya.

Menurut Ismail, Soekarno yang menjadi penggagas Pancasila tidak menerapkan Pancasila itu sendiri di masa pemerintahannya.

"Karena sejarah kita itu adalah sejarah klaim terhadap Pancasila. Siapa yang berani mengatakan kalau Soekarno dengan Orde Lamanya itu tidak pancasilais? Saya kira tidak ada yang berani. Tetapi lihatlah sepanjang Orde Lama itu. Sepanjang Orde Lama, PKI itu hidup bahkan berdampingan dan diblended oleh Bung Karno menjadi Nasakom," tuturnya.

"Tiba Orde Baru dan dia menyatakan bahwa tidak seperti itu. Orde Baru mengatakan bahwa orde ini lahir untuk mengoreksi Orde Lama yang tidak melaksanakan Pancasila. Setelah 32 tahun dengan jargonnya melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen, tiba pula ujungnya tumbang oleh reformasi. Dan apa yang dikatakan oleh gerakan reformasi? Bahwa Orde Baru telah menyimpangkan Pancasila," ujarnya.

Ismail menerima dengan lapang dada keputusan pemerintah kepada HTI. Dia mengaku kecewa karena pemerintah tidak memberikan kesempatan kepada pihaknya untuk menjelaskan.

"Apakah benar tafsir yang dibuat oleh reformasi, khususnya Rezim Jokowi ini saya kira waktu pula yang akan mengatakan pada kita bagaimana nanti akhirnya. Nggak apa-apa mereka menuduh (HTI) seperti itu (anti Pancasila), cuma berikanlah kepada yang dituduh itu menjelaskan. Saya kira bukan diundang di sini karena sudah selesai. Kami sudah dibunuh. Setelah dibunuh baru ditanya, baru dikasih kesempatan ngomong," ujar Ismail. [beritaislam24h.info / jnc]

[http://ift.tt/2mXzrhY]


Demikianlah Artikel HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong

Sekianlah artikel HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong dengan alamat link https://islammushola.blogspot.com/2017/07/hti-kita-dibunuh-dulu-baru-ditanya.html

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HTI: Kita Dibunuh Dulu Baru Ditanya, Setelah itu Diberi Kesempatan Kosong"

Posting Komentar